KapolsekPanjalu Bersama Anggota Lakukan Monitoring di Obyek Wisata Situ Lengkong. Berita, News, Sosbud | 5 Agustus 2022. Berita Terkait. Tidak Ada Postingan Lagi. Tidak ada lagi halaman untuk dimuat. Selengkapnya. Berita Kriminal.
Lokasi Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat 46264 Map Klik Disini HTM Buka Tutup – No. Telepon – Hal Menarik❤️Asal Mula ❤️Nusa Larang❤️Selalu Ramai❤️Upacara Adat❤️ Hal Menarik❤️ Ada banyak hal yang menarik yang bisa dikupas dari sebuah tempat wisata yang sering dikunjungi sobat traveller semua. Cerita tersebut bermacam-macam adanya. Biasanya, cerita mistis dan mitos yang mengiringi keindahan suatu tempat. Pulau Jawa adalah salah satu pulau yang masih mempercayai hal-hal yang berbau klenik dan mistis sebuah tempat wisata. Walaupun, tempat wisata tersebut sudah ramai dan banyak dikunjungi orang. Namun, cerita mistis yang berkembang tetap saja terus berkembang. Cerita itu menjadi sebuah kekuatan untuk lebih mempromosikan tempat wisata tersebut. Entah mengapa banyak orang yang selalu tertarik dengan cerita mistis yang seakan menjadi sebuah magnet dan sarana promosi yang paling ampuh. foto by Salah satu cerita mistis yang bersanding dengan mitos yang begitu kuat itu bernama Situ Lengkong Panjalu Ciamis. Sebuah Danau yang berada di daerah Jawa Barat. Keindahan kawasannya hampir menyaingi keseruan kisah yang berkembang di kalangan masyarakat. Asal Mula ❤️ Prabu Cakradewa adalah Raja dari Kerajaan Panjalu yang mempunyai anak bernama Sanghyang Borosngora. Sebelum naik tahta, Prabu Cakradewa menginginkan anaknya untuk menuntut ilmu agama sebanyak-banyaknya terlebih dahulu. foto by Prabu Cakradewa memberikan sebuah benda bernama Gayung Bungbas untuk anak kesayangannya itu. Sanghyang Borosngora diketahui menuntut ilmu kekebalan. Ilmu yang ternyata dianggap tabu di lingkungan kerajaan Panjalu. Karena ilmu kekebalannya itu Sanghyang Borosngora di usir dari istana. Demi kebaikan, Ayahandanya menyuruh anaknya tersebut menuntut ilmu ke mekkah dan memberi Gayung. Fungsi dari gayung adalah Sanghyang Borosngora harus membawa cendera mata air zam-zam. Sepulang dari tanah suci, Sanghyang Borosngora pun membawa air zam-zam di gayung pemberian Ayahnya. Air itu pun lantas, dikucurkan di sebuah lembah dimana lembah tersebut dikelilingi oleh Pasir Jambu. foto by Aneh bin ajaib, dimana pasir yang disirami dengan air tersebut berubah menjadi sebuah danau yang cukup luas dan indah. Keindahannya mampu membius setiap orang untuk berlama-lama di tempat ini. Begitulah sejarah Danau Situ Lengkong menurut legenda masyarakat sekitar. Nusa Larang❤️ Situ Lengkong Panjalu sudah ditetapkan sebagai cagar alam yang dimiliki oleh Ciamis. Penetapan tersebut sudah terjadi begitu sangat lama. Pada saat pemerintahan Jenderal Hindia Belanda. Pada Tanggal 21 Februari 1919. foto by Kawasan yang mempunyai luas kurang lebih 5 Hektar ini memiliki sebuah tempat bernama Nusa Larang. Adakah sobat Traveler yang tahu? Apakah itu Nusa Larang yang masih berhubungan dengan Sanghyang Borosngora? Nusa Larang adalah sebuah tempat Pasir Jambu atau bisa juga kalau sekarang dilihat adalah pulau kecil. Konon katanya, pulau kecil ini adalah pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu. Nusa Larang pun dahulu juga dipakai sebagai pusat penyebar agama islam di Panjalu. Nusa Larang berarti Tanah Terlarang yang diambil dari kota mekkah yang berarti kota yang disucikan. Nusa Larang menjadi tempat peristirahatan terakhir para piminan kerajaan Panjalu. Di Sini pula dimakamkan Prabu Hariang Kencana. foto by Selalu Ramai❤️ Makam keramat ini selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan yang berkunjung ke tempat yang juga menjadi situs tempat ziarah. Hanya saja, sering disalahgunakan sebagai tempat yang mendatangkan pesugihan. Salah satu tokoh yang menyebabkan Nusa Larang menjadi cagar budaya adalah Dr Sijfret Hendrik Koordres. Beliau adalah seorang ahli Botani yang menjadi pelopor mencatat berbagai jenis pohon yang berada di wilayah pulau jawa. foto by Dijadikannya Nusa Larang menjadi Cagar Alam merupakan sebuah hadiah yang sangat menyenangkan. Hasil dari kerja keras yang tiada henti. Memang, setiap orang yang tidak pernah kenal lelah akan menghasilkan apa yang diinginkannya. Sebagai sebuah Cagar Alam, Nusa Larang memiliki beragam jenis Flora yang enak untuk dilihat dan dipandang mata. Beberapa jenis Flora yang tumbuh di Nusa Larang adalah Kondang, Kileho, dan Kihaji. Tidak hanya Flora saja. Fauna pun tumbuh secara berdampingan menghadirkan sebuah pemandangan yang berbeda. Beberapa Fauna yang ikut berkembang di Nusa Larang adalah Tupai, Burung Hantu, Kelelawar. Serta masih banyak lagi jenis Fauna yang ada di sini. foto by Upacara Adat❤️ Selain keindahan danau dan berbagai macam kisahnya. Situ Lengkong Panjalu mempunyai salah satu daya tarik yang lain. Salah satu daya tarik itu adalah adanya sebuah upacara adat yang dilakukan dan menjadi agenda wajib masyarakat Panjalu. Upacara adat ini disebut dengan Nyangko. Masyarakat Panjalu biasanya melakukan upacara adat ini dengan membersihkan benda-benda pusaka yang di tempatkan di Bumi Alit. Biasanya, di laksanakan pada bulan Maulud di hari Senin atau Kamis akhir bulan. foto by Sebelum melakukan prosesi ini. Seluruh masyarakat Panjalu menyiapkan Beras Merah yang wajib di kupas dengan tangan, tidak di tumbuk. Beras Merah ini berfungsi untuk membuat Tumpeng dan berbagai macam sajen yang dilakukan tanggal 1 maulud. Benda pusaka akan diarak oleh keturunan Raja Panjalu. Biasanya, rombongan yang membawa benda pusaka ini memakai baju putih dan baju adat Sunda. Dengan menggunakan perahu mereka menyeberang menuju Nusa Larang dan dibawa di sebuah bangunan kecil. Diringi dengan menggunakan musik rebana dan sholawat. Di cuci dengan air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang di tambah dengan jeruk nipis. Setelah di cuci benda-benda pusaka ini akan kembali dikembalikan di tempat pensucian Bumi Alit. foto by Upcara adat ini selalu rutin dilakukan. Bahkan sudah diwariskan secar turun-temurun. Masyarakat pun percaya dengan dilakukan upacara adat ini akan terhindar dari berbagai macam kejadian aneh. Entah mitos atau bukan, begitulah adanya. Situ Lengkong Panjalu adalah salah satu dari sekian banyak kisah dan cerita rakyat yang menjadi menarik. Salah satu tempat yang pas untuk menghabiskan waktu bersama dengan keluarga dan orang-orang yang dicintai. Menikmat danaunya yang begitu tenang. Si Gundul adalah nama Penanya, punya hobi jalan jalan, membaca, menulis dan mendengarkan musik adalah seorang penulis berasal dari Ungaran Kabupaten Semarang. Selain jadi Mahasiswa, Dia adalah salah satu penulis yang aktif mengunggah karya tulisnya di dan
SituLengkong di Panjalu, Tasikmalaya, adalah tujuan kami. Sebelum sampai di Panjalu kami sowan ke Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya. Di sana ada maqbarah Abah Anom. Inilah kesempatan keduaku menyambangi maqbarah beliau. Dengan bekal niat, wudhu dan bismillah, kami naiki satu per satu anak tangga, hingga akhirnya sampai di depan pintu masuk.
Ciamis - Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, dikenal sebagai tempat wisata ziarah yang memiliki sejumlah tempat keramat dan tradisi budaya yang menarik. Di Panjalu juga terdapat sebuah danau dengan pulau kecil di tengahnya bernama Situ tempat keramat dan tradisi yang ada di Kecamatan Panjalu yang menarik untuk Situ LengkongSitu Lengkong ini memiliki panorama indah dengan luas sekitar 64 hektar. Pulau di tengahnya bernama Nusa Gede atau Nusa Larangan sebagai daya tariknya. Tempat tersebut selalu menjadi tujuan wisatawan saat berziarah sebagai peninggalan Prabu Borosngora yang merupakan Raja Panjalu, penyebar Islam di wilayah tersebut. Situ Lengkong ramai setiap akhir pekan, wisatawan yang datang dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bandung hingga wilayah Jawa Timur. Di situ ini wisatawan bisa menaiki perahu mengelilingi danau atau pun menyebrang ke Nusa Gede. Di tengah pulau itu terdapat makam Raja Panjalu yaitu Prabu Hariang area Situ Lengkong terdapat berbagai toko yang menyediakan berbagai oleh-oleh khas Panjalu dan Ciamis. Ada juga beberapa rumah makan yang menyajikan makanan khas beruntung, wisatawan bisa melihat kawanan kalong kelelawar besar yang beterbangan di tengah pulau Nusa Gede. Fenomena itu pun menjadi salah satu daya tarik Situ Situ Lengko ini biasa dijadikan oleh-oleh para peziarah. Air yang ada di Nusa Gede ini berasal dari situ, kemudian disuling ke atas dan disaring, disimpan dalam penampung air. Sehingga wisatawan maupun peziarah tinggal memutar keran untuk minum, berwudu maupun dibawa pulang dengan ditampung pakai botol menurut sejarah, Situ lengkong ini terbentuk dari air zamzam yang dibawa Raja Panjalu Prabu Boros Ngora dari Timur Tengah, setelah menimba ilmu Islam kepada Sayyidina Ali Raja Panjalu Prabu Boros Ngora awalnya bukan seorang muslim. Ia dikenal seorang yang hebat, sering menantang seseorang yang jago itu Prabu Boros Ngora berjalan menuju Timur Tengah dan bertemu dengan Sayyidina Ali, lalu bertarung dan mengakui kehebatan Sayyidina Ali hingga memutuskan menjadi muridnya. Prabu Boros Ngora menjadi seorang muslim dan namanya diganti menjadi Syeh Abdul pulang, Prabu Boros Ngora mendapat oleh-oleh pesang dan air 'zamzam' di wadah gayung, tapi gayung itu bolong. Setelah sampai di Panjalu, lalu ditumpahkan di lokasi Situ Bumi AlitBumi Alit bisa dikatakan juga museum tempat menyimpan benda pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora dan benda pusaka Kerajaan Panjalu. Uniknya Bumi Alit ini dipagar dikelilingi pohon waregu. Dalam bahasa Sunda Bumi Alit berarti rumah pusaka yang tersimpan di Bumi Alit yang paling terkenal, Pedang Zulfikar yang merupakan oleh-oleh dari Sayidina Ali RA kepada Prabu benda pusaka lainnya adalah Cis atau tombak bermata dua, keris komando, keris, pancaworo atau senjata perang zaman dulu, bangreng, gong kecil, kujang dan tahun pada bulan Rabiul Awal atau Maulid, benda pusaka di Bumi Alit itu dikeluarkan untuk dibersihkan. Tradisi membersihkan benda pusaka itu disebut Upacara Adat membersihkan pusaka. Foto Dadang Hermansyah/detikJabar3. Upacara Adat NyangkuUpacara Tradisi Nyangku atau tradisi pencucian benda pusaka peninggalan Prabu Borosngora digelar pada bulan Mulud di hari ganjil Senin atau Kamis. Sekaligus sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad ini biasa diikuti oleh ribuan warga Ciamis dan luar daerah seperti dari wilayah Jawa Nyangku diawali dengan mengeluarkan sejumlah benda pusaka peninggalan Raja Panjalu dari Bumi Alit. Pusaka lalu diarak dibawa dengan cara digendong diais oleh para keturunan Raja Panjalu dan warga terpilih. Diiringi dengan solawat dan alat musik gembyung menuju Nusa Gede Pulau di tengah Situ Lengkong Panjalu.Pusaka dibawa kembali ke Taman Borosngora untuk dilakukan ritual Jamas. Membersihkan dengan cara mencuci benda pusaka. Menggunakan 7 sumber mata air dari beberapa tempat atau disebut 'Cai Karomah Tirta Kahuripan'.Pembungkus pusaka dibuka lalu dibawa ke tempat pembersihan yang terbuat dari bambu yang terletak di tengah taman. Dibersihkan menggunakan air dan jeruk nipis. Setelah dibersihkan pusaka diolesi minyak khusus lalu dibungkus kain putih dan disimpan kembali ke Bumi sudah dilakukan sejak zaman dulu secara turun temurun untuk merawat benda pusaka. Tujuannya untuk mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora yang telah menyampaikan ajaran Islam. Untuk melestarikan budaya dan melestarikan peninggalan zaman dulu.
AntisipasiPenyebaran Covid-19, Situ Lengkong Panjalu Ciamis Ditutup Sementara; Jembatan Cirahong Penghubung Tasikmalaya dan Ciamis Ditutup Total Sebulan Penuh; Ada Misteri yang Tak Terpecahkan 2 Agustus 2022, 09:30 WIB. Ringtimes Bali. Kunci Jawaban IPA Kelas 8 Halaman 85, Membuktikan Bahwa Sekrup adalah Salah Satu Contoh Bidang Miring Terletak di Kecamatan Panjalu, Ciamis, Jawa Barat, Situ Lengkong Panjalu mengalirkan kisah di luar nalar tentang keberadaan sosok harimau putih dan harimau hitam. Begitu memasuki pintu masuk ke area tempat berjiarah di Situ Lengkong, ada patung berupa harimau hitam dan putih. Bukan sekedar hiasan, patung tersebut jadi simbol sebagai hewan misterius yang konon menjadi penjaga area Juga Cerita Misteri Pajenengan Suara di Bali, Dipercaya jika Bunyi Sendiri Pertanda MusibahTak sedikit warga atau pejiarah yang melihat sesosok makhluk seperti harimau. Sebelum samapai di tempat tersebut, pejiarah harus menaiki perahu untuk menyusuri wilayah hutan seluas 57 hektare daya tarik supranatular, Situ Lengkong juga menarik minat banyak orang dari luar daerah untuk berjiarah. Konon ditempat inilah terdapat sejumlah makam leluhur termasuk Makam Hariang Kencana putra Sanghyang Borok Juga Cerita Misteri Gua Jepang Klungkung di Bali, Sering Terjadi PenampakanSelain Situ Lengkong Panjalu, situ lainnya yang mengalirkan kisah magis hadir dari Situ Gede di Tasikmalaya. Ramai dikujungi para wisatawan, Situ Gede juga disebut memiliki hewan misterius berupa ikan yang diberi nama Si Kohkol, Si Layung, Si Genjreng, dan Si penuturan juru kunci jika dilihat dari bentuk ikan itu tampak seperti ikan gabus dan ikan Juga Kisah Mistis Gedung Biru di Kalimalang, Sering ada Penampakan Hantu Kuntilanak Bergaun PutihSelain keberadaan empat ikan yang konon sebagai penjaga Situ Gede, di tempat ini juga terdapat makam keramat Prabu Adilaya. Untuk menuju ke are makam, pengunjung terlebih dahulu harus menggunakan perahu sejauh 300 meter, dan menaiki bukit di sebuah pulau kecil di tengah-tengah situ. Lewat cerita yang turun dari mulut ke mulut, Eyang Prabu Adilaya dibunuh oleh kedua istrinya sendiri karena kesalahpahaman. Sang ibunda yang kemudian menemukan makam putranya memberi petuah para warga sehingga makam tersebut dianggap Silet SituLengkong Panjalu. Berita Bina Marga Cipta Karya Pengelolaan Sumber Daya Air Pengumuman PUPR Ciamis Sekretariat Tata Ruang dan Pertanahan UPTD Wilayah. Masjid Agung Ciamis. Berita Bina Marga Cipta Karya Pengelolaan Sumber Daya Air Pengumuman PUPR Ciamis Sekretariat Tata Ruang dan Pertanahan UPTD Wilayah.TumenggungCakranagara III wafat pada tahun 1853 dan dipusarakan di Nusa Larang Situ Lengkong Panjalu berdekatan dengan pusara Prabu Rahyang Kancana putera Prabu Sanghyang Borosngora. Raden Demang Sumawijaya . Raden Sumawijaya pada tahun 1819 diangkat menjadi Demang Panjalu dengan gelar Raden Demang Sumawijaya.Catetan DHIPA GALUH PURBA UPAMA aya nu hayang cai zamzam kalayan tacan kabiruyungan unggah ka Mekah, taya salahna nganjang baé ka Situ Léngkong Panjalu, Ciamis. Sabab, numutkeun carita rahayat, cai situ téh asalna tina sagayung cai zamzam anu dicandak ku Prabu Boros Ngora ti Mekah. Urang Panjalu ngarasa yakin, yén Prabu Boros Ngora téh minangka tokoh anu pangheulana ngagem agama Islam di Tatar Sunda. Jadi, puseur awalna kamekaran Islam téh di karajaan Panjalu, anu perenahna di Nusa Gedé, hiji pulo di satengahing Situ Léngkong. Kiwari legana Situ Léngkong téh kurang leuwih 57, 95 héktar, jerona kurang leuwih 4 nepi ka 6 méter, atawa 731 luhureun dasar laut, kalayan dilingkung ku pakampungan Cukang Padung, Dukuh, Banjar Waru, Simpar, Sriwinangun, jeung Pasanggarahan. Ari Nusa Gedé, legana kurang leuwih 19, 25 héktar. Prabu Boros Ngora téh putra kadua Raja Cakra Déwa ti praméswari Sari Kidang Pananjung. Mungguhing putra raja nu hanaang ku élmu, Prabu Boros Ngora apruk-aprukan nyukcruk pangaweruh. Malah kungsi salah léngkah, ngalap élmu kadugalan, anu satuluyna kénging bebendon ti ramana. Turunan Panjalu mémang dipahing ngalap élmu kadugalan, luyu sareng ajaran luluhurna, Ratu Permana Déwi, anu kakoncara ngagem élmuning karahayuan. Malah nami karajaan ogé apan asalna mah Soko Galuh. Digentos jadi Panjalu, taya sanés pikeun ngajénan Ratu Permana Déwi anu sakitu dipicinta ku rahayat Panjalu hartosna istri. Élmu kadugalan anu geus dicangking, henteu asa-asa langsung dipiceun. Lajeng Prabu Boros Ngora maluruh élmu sajati anu baris mangpaat pikeun rahayat Panjalu. Prabu Boros Ngora dibekelan gayung bungbas ku ramana, gayung anu barolong handapna. Éta gayung téh kedah dieusian ku cai, kalayan caina ulah nepi ka bocor. Saliwatan mah tangtu baé asa pamohalan. Kilang kitu, Prabu Boros Ngora henteu wantun baha, ngalalana maluruh élmu sajati, tug dugi ka anjog ka Mekah, nepangan Sayidina Ali. Tangtos baé Sayidina Ali nungtun Prabu Boros Ngora sangkan ngagem agama Islam, sarta ngawiridkeun élmuning Islam. Basa Prabu Boros Ngora parantos diwidian mulang deui ka Panjalu, Sayidina Ali maparin sawatara pusaka, saperti pedang, cis, jsté. Teu hilap, Sayidina Ali ngawadahan cai zamzam kana gayung anu barolong handapna téa. Tétéla, ahéng pisan, cai zamzam henteu bocor, tiasa kacandak ka Panjalu. Leuwih ahéng deui, barang Prabu Boros Ngora dugi ka bali geusan ngajadi, Panjalu, lajeng cai zamzam dibahékeun ka legok Jambu. Cai sagayung dadak sakala jadi ngagulidag minuhan legok jambu. Breh jadi hiji situ. Gayung bungbas dibalangkeun ka lebah Gunung Sawal, janggélék jadi tangkal paku sorok. Ari caina anu nyarakclakanna dadak sakala robah jadi kulah di sabudeureun gunung Syawal. Prabu Boros Ngora dijenengkeun jadi papayung agung karajaan Panjalu, ngagentos rakana, Prabu Lembu Sampulur II. Puseur karajaan anu saméméhna di Dayeuh Luhur, dialihkeun ka Nusa Gedé, pulo anu dilingkung ku Situ Léngkong. Prabu Boros Ngora ngawitan syi’ar Islam, kalayan kénging pangbagéa ti sakumna rahayat Panjalu. Hanjakal, henteu mendak katerangan saha-sahana anu jadi praméswari mangsa jeneng Prabu Boros Ngora. Nu écés mah Prabu Boros Ngora gaduh dua urang putra, Prabu Hariang Kancana sareng Prabu Hariang Kuning. Ajaran Prabu Boros Ngora anu tetep nyantél nepi ka kiwari nya éta “Mangan karana halal, paké karana suci, ucap-lampah sabeneré”. * KIWARI seueur anu jiarah ka makam Nusa Gedé, tempat dikurebkeunana Prabu Hariang Kancana. Aya nu gaduh pamadegan, yén anu dikurebkeun di Nusa Gedé téh Wastu Kancana, rayina Déwi Citraresmi Diah Pitaloka, putra Maha Raja ti Déwi Laralisning. Malah KH. Abdurahman Wahid mah béda deui pamadeganna téh. Numutkeun Gusdur, anu dikurebkeun di Nusa Gedé téh Kiai Panjalu atanapi Sayyit Ali Bin Muhammad Bin Umar anu jumeneng dina mangsa karajaan Prabu Siliwangi maréntah di Padjadjaran. Pusaka titinggal Sanghyang Boros Ngora kiwari dirawatan di pasucian anu katelah Bumi Alit. Perenahna di kampung Ciméndong, gédéngeun bumina Radén Atong Cakradinata. Unggal taun sok diberesihkeun dina acara upacara nyangku. Ari nyangku téh asal kecapna mah tina basa Arab yanko’ anu hartina ngaberesihkeun. Digelar saban bulan Mulud, poé Senén atawa Kemis, minggu panungtung. Sasarina sok dilaksanakeun bari sakalian miéling Mulud Nabi Muhammad SAW. Anu dikumbah téh diantarana pedang, cis, kujang, keris komando, keris titinggal para bupati Panjalu, pancaworo, bangréng, goong leutik, jeung sakur pusaka anu dipibanda ku masarakat Panjalu. Diberesihan ku tujuh rupa cai meunang ngala ti Karantenan, Gunung Bitung, Citatah, Kubang Kélong, Cibatu Agung, Giyut Tengger jeung Situ Léngkong Panjalu.***
TumenggungCakranagara III wafat pada tahun 1853 dan dipusarakan di Nusa Larang Situ Lengkong Panjalu berdekatan dengan pusara Prabu Rahyang Kancana putera Prabu Sanghyang Borosngora. Raden Demang Sumawijaya Raden Sumawijaya pada tahun 1819 diangkat menjadi Demang Panjalu dengan gelar Raden Demang Sumawijaya.
. 400 487 227 398 226 47 55 137